Kamis, 14 Januari 2010

perjalanan jauh

Awas Penyakit Mudik!
disalin dari motorplus-online
3039penyakit-motor-adib-1.jpgSiap mudik berarti mesti paham pengetahuan penyakit motor saat dibawa jarak jauh. Mungkin kurang bermasalah kalau perjalanan jauh kalau kondisi jalan stabil di kecepatan menengah-atas. Tapi, berbanding terbalik kalau perjalanan mudik. Ambil contoh tingkat kemacetan di kawasan Pantura alias Pantai Utara di Jawa bisa sampai 20 km. Setelah itu bisa aja top speed selama 10 km, tapi lanjut lagi jalur padat merayap.

Hampir semua tipe motor punya karakter muncul masalah kalau kondisi mudik yang cenderung macet. Bebek, sport, dan skubek kemungkinan besar muncul problem karena masalah dari jalur pulang kampung. Problem muncul dampaknya langsung kelihatan di komponen, tapi sumbernya karena teknik penggunaan atau lantaran kondisi jalan yang parah.3040penyakit-motor-adib-2.jpg

Masalah motor sport atau bebek kopling hampir sama. Kebanyakan stop and go dengan jarak yang jauh berisiko kopling slip. Artinya, risiko kampas kopling hangus bisa aja kejadian. MOTOR Plus ogah nyebut merek dan tipe motor yang bisa mengalami kampas kopling hangus karena perjalanan jauh dan jalan merayap padat.Soalnya problem disc clutch gosong pernah dialami untuk salah satu tipe Yamaha, Honda dan Suzuki.

"Jangan karena sudah ganti kampas baru, eh pas mudik lebih banyak gantung rpm ketika macet. Sama juga bohong itu sih bisa bikin kampas kopling hangus," bilang Soebronto Laras alias Bronx, pemilik bengkel Mandiri Motor (M2), Jakarta Barat.

3041penyakit-motor-adib-3.jpgProblem lain muncul untuk motor manual clutch. Perjalanan jauh dengan jalur padat merayap kopling sering digantung bikin getas kabel kopling. Penyakit umum ini mesti diwaspadai karena bisa jadi kabel kopling putus kejadian. Sebaiknya jangan terlalu pede kalau merasa sudah ganti kabel kopling. Mending ganti kabel kopling punya Vespa yang memang terbukti lebih bandel dan tahan.

Penyakit lain karena jalur yang panjang merayap efeknya ke bagian rem. Stop and go pastinya peranti ciet jadi korban tanpa sadar. Keenakan main rem belakang, tanpa sadar kaki terus aja nempel di pijakan rem. Setengah tekan dengan motor terus jalan pelan ngefek teromol panas. Kalau kampas belakang enggak tahan panas, teromol bisa kemakan tuh.

Buat yang bawa barang banyak, sebaiknya selalu mengecek kondisi pijakan tempat naro barang. Biasanya kalau enggak pakai boks bikin sendiri pakai pelat atau kayu yang diikatnya ke behel. Waspada sering kejadian model dudukan barang yang mengandalkan behel karena bisa jadi patah behelnya karena keberatan.

Bukan berarti yang pakai boks aman dari problem bawaan yang berlebihan. Jangan sampai kejadian karena overload yang pakai motor sport. Salah satu jenis motor sport 200 cc kerap ngalami bengkok sub frame di bawah jok karena over load di boks. Jadi, bagus sesuaikan bawaan dengan spek beban motor.

Menyangkut beban jadi ingat kondisi jalan sekarang ada yang melewati beton. Beban yang berat plus jalurnya betol ngefek ke kondisi ban. Traksi dan gesekan lebih berat yang bikin ban cacat di bagian sisi kanan atau kiri.

Enggak cuma sport yang muncul problem, pengguna skubek juga mesti nyadar dengan tunggangannya. Hat-hati atau bahasa londonya be carefull dengan peranti CVT-nya skubek.

"Paling utama sih awas aus belt-nya. Mending ganti belt deh sebelum mudik karena sabuk menerima beban putaran CVT," bilang Arif Mutaqin, mekanik dan pemilik bengkel Rif Tech, Jakarta Timur.

Oh, iya ada yang lupa nih buat skubeker yang tunggangannya sudah dibore up, ada syarat buat mudik kalau enggak kepingin penyakit bawaan muncul. Selain mempercepat aus sabuk CVT, bore up bikin temperatur cepat naik.

"Mending maksimal jadi 150 cc. Cc segini aman karena material blok silinder masih kuat. Ini pun kudu perhatikan oli. Kondisi macet bikin panas, kan," jelas Arif dari Kramat Asem, Jakarta Timur.

Penulis/Foto : Niko/Adib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FEEDJIT Live Page Popularity

sejak 22 03 2010

Opo yo ?