Rabu, 10 Februari 2010

Evolusi Sockbreaker

disalin dari motorplus-online.com
2019sok-gt-01.jpgSokbreker semakin berevolusi. Fungsinya, makin sesuai kebutuhan. Di motor harian, bukan sekadar meredam agar tubuh tak terguncang ketika melindas lubang. Tapi sekarang, bisa makin tidak terasa. Masa?

Dari model konvensional hingga pakai tabung berisi nitrogen. “Tapi semua kembali pada kebutuhannya. Karena semakin up-date, harga juga berbicara,” ujar Benny Rachmawan, produk development Mitra2000.

Biar terdeteksi arah evolusi sok, gimana kalau kita bedah dari awal hingga teknologi terkini. Makin terlihat jelas, up-date teknologi di sok belakang. Terutama, untuk motor harian dan juga balap. Siap!

EVOLUSI MODEL2020sok-gt-02.jpg

Awalnya sok belakang, hanya sebatas per dan as yang di dalam tabung berisi oli. Sok konvensional ini, tidak mempunyai setelan untuk meredam.

“Kelamaan, sudah pakai beberapa setelan tingkat kekerasan. Tapi sebatas untuk per. Semakin tertekan, maka per semakin keras,” bilang Benny yang juga menangani urusan marketing Mitra2000 selaku distributor sok YSS di Indonesia.

Evolusi tingkat kekerasan per terus berlanjut. Jika sebelumnya setelan sebatas menggeser dudukan per bawah, kemudian berkembang hingga yang setelannya berupa ring dengan ulir mengikuti tabung sok bawah.

“Dari situ, berkembang lagi. Modelnya hampir sama, tapi kali ini setelan itu ada di sisi atas. Fungsinya sama, untuk menambah kekerasan per,” kata Benny lagi. Nggak cukup sampai di situ. Kali ini, ditambah fitur ketinggian.

2021sok-gt-03.jpgDi bagian dudukan sok bagian bawah, ada fitur yang bisa meninggikan. “Teknologi seperti ini bisa bikin sok lebih panjang 1–1,5 cm. Sebenarnya bisa hingga 2 cm. Tapi baiknya gunakan hingga titik aman,” ujar pria endut ini.

Adanya fitur ini, maka bisa bikin motor sedikit nungging. Begitunya, distribusi bobot pun bisa sedikit berpindah ke depan. Evolusi mengarah ke sok yang ada setelan rebound.

Ya, fitur yang bisa memperlambat baliknya sok ke atas. Biasanya, fitur ini ada di bagian bawah. Caranya, dengan memutar ke kiri atau ke kanan untuk memperbesar atau memperkecil daya rebound.

“Fitur seperti ini sudah banyak dipakai di motor balap sekarang. Bahkan, untuk motor bebek,” ujar M. Fadli, pebalap tim AHRS yang percaya pada sok Daytona.

Dari fitur setelan rebound ini, teknologi sok berevolusi lagi dengan adanya tabung. Tak sebatas tabung, part ini juga berfungsi sebagai penyempurna redaman atau baliknya sok. Karena di dalam tabung ada bladder yang membantu proses menekan atau baliknya sok.

Okeh!

WAJIB NITROGEN

Untuk sok model tabung, Benny mewanti. Ya, kalau tabung itu harus berisi gas nitrogen. “Karena sifat dasar sok itu sendiri yang memang cocok sebagai kebutuhannya,” sahutnya.

Sifat dasar nitrogen, tidak akan berubah tekanannya meski terjadi perubahan temperatur. Kalau udara biasa atau oli, tentu akan berubah. Sehingga kemampuan terbatas.

EVOLUSI BLADDER

Awalnya, banyak juga produsen yang pakai piston part sebagai bladder. Ya, part yang bekerja untuk pompa tekanan di tabung. Tapi kelamaan, piston ini punya kelemahan.

“Kelemahan piston karena punya daya friksi berlebih. Sehingga, tabung pun mudah panas. Dari situ, bladder berevolusi dengan memakai karet atau balon,” sebut pria berbadan gemuk ini.

Pakai karet, tentu friksi berkurang. Sehingga, performa bisa diandalkan untuk waktu lama. Misal ketika balap. Nah, bahan bladder ini, semakin elastis maka tingkat presisinya semakin tinggi.

KOMPRESI DAN REBOUND


Untuk balap, menurut Fadli, butuh dua faktor penting. Yaitu, rebound dan kompresi. “Untuk balap! Jika ketemu setelan pas, maka motor nyaman meski digas di tikungan atau lewat jalan bumpy,” kata pembalap Cibinong juara IndoPrix 2007 ini.

Kompresi yaitu ketika sok tertekan ke dalam. Jika setelan kompresi tepat, maka ketika digas di tikungan, roda tidak akan bergeser. Kan kalau digas, bodi belakang menekan sok. Jika setelan terlalu lembut, roda bakal melintir. Gitu juga kalau terlalu keras.

Sedang rebound, adalah proses baliknya sok. Kalau terlalu cepat berbalik, maka roda seakan terlempar. Jika terlalu lama, juga bisa mengakibatkan sliding ketika power keluar.

“Hebatnya untuk rebound dan kompresi, banyak yang sudah memiliki setelan. Mulai lembut hingga paling keras. Kita pun bisa seting sesuai gaya balap dan bobot tubuh,” aku Fadli yang sudah temukan setelan untuk suspensi Suzuki GSX600 pacuannya.

Untuk harian, setelan kompresi juga berpengaruh. Terutama buat yang suka turing. Ketika beban bertambah, bisa dimainkan agar redaman sok menjadi sempurna. Tentu setelan kompresi harus dibuat sedikit lebih hard.

DUDUKAN SOK

Menurut Benny, awalnya banyak sok pakai metode sambung las. Ini tentu punya kekuatan terbatas. “Akhirnya, dudukan sok berkembang pakai bilet hingga CNC. Tentunya, kekuatan pegang sok jadi lebih kuat,” ungkap pria berkacamata ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FEEDJIT Live Page Popularity

sejak 22 03 2010

Opo yo ?